Unggas Indonesia
   Membangun Industri Perunggasan Nasional Mandiri

www.alabio.cjb.net

Home

Sponsor

Buku Tamu

e-mail

Profil Surat2 Periklanan FAQ

Ekspor Ayam Indonesia ke Jepang

Trobos No 32/ Tahun III/ Mei 2002
Pasar domestik jepang untuk produk ayam broiler menjadi incaran banyak negara untuk bisa memasukkan produknya. Selain karena kebutuhan yang besar, harga daging ayam di Jepang sangat menjanjikan. Harga pahja ayam rata-rata di pasar Tokyo pada saat ini sekitar US$ 2 per kg. Berbeda dengan konsumen Eropah dan Amerika yang lebih menyukai bagian dada ayam, maka di konsumen Jepang lebih memilih paha ayam. Setiap tahunnya Jepang mengimpor 560.000 ton daging, dan menduduki peringkat no
4 di dunia untuk produk daging ayam. Di Asia Jepang merupakan negara nomor 3 pengimpor produk ayam setelah Hong Kong dan China yang masing-masing mengimpor 850.000 ton dan 1,015 juta ton per tahunnya. Impor produk ayam Jepang kebanyakan berasal dari AS, Thailand dan China.

Jepang menerapkan persyaratan yang sangat ketat atas higienitas produk ayam yang diimpor. Apabila dulu produk ayam impor dikenakan syarat NA (Non Antibiotic) yaitu tidak mengandung antibiotika pada saat setelah menjadi produk sehingga masih membolehkan penggunaan obat-obatan selama masa pemeliharaan dengan masa penundaan obat (withdraw time). Maka untuk persyaratan yang belakangan ini mengharuskan predikat FA (Free Antibiotic) yaitu sama sekali tidak membolehkan digunakannya obat-obatan dan antibiotika lainnya selama masa pemeliharaan ayam tersebut. Dengan kata lain, ayam tidak boleh sampai sakit dalam kurun waktu pemeliharaan. Berdasarkan pengalaman lokal yang dilakukan JCI (Group Japfa) diinformasikan bahwa masa panen ayam kategori NA lebih panjang 3 hari dibandingkan pemeliharaan komersial yaitu dari 33 hari menjadi 36 hari.

Sampai saat ini yaitu sejak tahun 1999 sudah banyak dilakukan ekspor produk ayam ke Jepang, di antaranya dari prosesing plant PT Ciomas Adi Satwa dari kelompok Japfa yang berlokasi di Wonoayu, Sidoarjo, jawa Timur. Pada tahun 2000 berhasil diekspor sebanyak 20 kontainer, disusul 50 kontainer di tahun berikutnya dan tahun 2002 diharapkan bisa mengekspor 100 kontainer. Setiap kontainer rata-rata berisi 25 ton. Bentuk produk ayam yang diekspor biasanya dalam bentuk boneless chicken
(daging ayam tanpa tulang). Perusahaan lain yang sudah melakukan ekspor produk ayam ke Jepang adalah PT Charoen Pokphand melalui RPA (Rumah Potong Ayam) nya di Cikande, Serang, dan PT Sierad Produced Tbk yang sudah beberapa kali melakukan ekspor ke Jepang dalam bentuk boneless dan further process product. PT Sierad rata-rata setiap bulannya bisa mengekspor 450 ton produk ayam. Beberapa kelompok perusahaan lain seperti Group Wonokoyo sedang dalam taraf penjajakan untuk melakukan ekspor ayam utuh (whole chicken) ke Jepang dan Timor Lorosae. 

Berdasarkan data dari BPS (Biro Pusat Statistik) volume dan nilai impor ayam Indonesia selama tahun 2000 sebanyak 411.150 ton senilai US$ 9,947 juta, tahun 2001 berjumlah 567.013 ton senilai US$ 9.319.546. Volume dan nilai impor untuk daging ayam tahun 2000 sebanyak 14.017 ton senilai US$ 9.473.488 dan merosot tajam pada tahun 2001 menjadi 889,477 ton senilai US$ 279.551. Sebaliknya volume dan nilai ekspor ayam Indonesia meningkat terus setiap tahunnya. Tahun 2000 tingkat 
volume mencapai 283.879 ton senilai US$ 2.706.756 dan 2001 berjumlah 61.624 ton dengan nilai US$ 1.077.855. Volume dan nilai ekspor daging ayam pada tahun 2000 mencapai 708,38 ton dengan nilai US$ 1.321.294 dan tahun 2001 sebesar 926,73 ton senilai S$ 1.889.016.
art_007_02