Unggas Indonesia
   Membangun Industri Perunggasan Nasional Mandiri

www.alabio.cjb.net

Home

Sponsor

Buku Tamu

e-mail

Profil Surat2 Periklanan FAQ

Cooler


Cooler berfungsi untuk mendinginkan suhu pakan sesaat setelah menjalani proses pelleting. Kondisi pakan setelah melalui proses cetak oleh die (pelleting) adalah bersuhu tinggi (85 - 90 oC) akibat perlakuan penambahan steam sewaktu berada dalam conditioner sebelum masuk ke ruang die (die chamber), cukup lembek karena banyak mengandung air (kandungan air bisa mencapai 17 - 18 %). Kondisi partikel pakan menjadi sangat peka terhadap perlakuan mekanis berikutnya seperti crumbling (pemecahan), transfer menggunakan conveyor maupun elevator dan screening (pengayakan).  

Dengan proses pendinginan maka partikel pakan menjadi lebih keras dan kompak sehingga dapat memperbaiki atau mempertahankan durabilitas pelletnya. Prinsip kerja cooler adalah membuang udara panas dari partikel pellet dengan menggunakan blower yang menghisap udara dan mengalirkan ke luar bangunan feedmill lewat peralatan yang disebut cyclone. Proses cooling akan menurunkan kandungan uap air dari 17 - 18 % menjadi 13 - 14 % (atau turun sebanyak 4 %). Suhu partikel pellet diturunkan dari semula 85 - 90 oC menjadi suhu kamar.

Tipe cooler berkembang seiring dengan perkembangan teknologi manufakturing pakan, yaitu dari semula cooler horizontal yang berukuran besar dan berkapasitas rendah menjadi berukuran lebih kecil, kompak dan kapasitas besar mengikuti kapasitas pelletmill yang semakin besar. Ada 3 tipe cooler yaitu :
1. Cooler horizontal. Bentuk memanjang ke samping sehingga lebih banyak digunakan
    untuk feedmill dimana ketinggian menjadi faktor pembatas. Dilengkapi conveyor belt
    lebar yang berukuran panjang, bergerak perlahan mengangkut pakan pellet. Udara
    yang dihasilkan dari blower mengeluarkan udara panas pakan pellet sepanjang
    pergerakannya di atas conveyor belt, sehingga pakan pellet sudah dalam keadaan
    dingin sekeluarnya dari cooler. 
2. Cooler vertikal. Bentuk memanjang ke atas sehingga lebih cocok untuk feedmill
    dengan luasan sempit tetapi dibangun bertingkat ke atas. Partikel pakan selepas dari
     pelletmill jatuh bebas ke dalam cooler dan tertahan oleh air lock di atas cooler yang
     berputar dengan kecepatan diatur. Sedotan udara panas datang dari samping
     dinding cooler untuk dibuang ke luar bangunan pabrik. Pada tipe manual, buka
     tutup pintu dasar cooler setelah partikel pakan pelet sudah didinginkan dalam waktu
     yang cukup diatur secara manual yaitu adanya tanda lampu menyala menandakan
     ketinggian isi pellet dalam cooler sudah tercapai. Pada tipe otomatis, buka tutup
     pintu dasar cooler berupa pergerakan menyamping dari kisi-kisi di bagian dasar
     cooler. Pada saat ketinggian isi pellet di dalam ruang cooler sudah terpenuhi akan
     memberikan sinyal untuk mulai menggerakkan kisi-kisi bawah. Pakan pellet akan
     keluar dengan sendirinya pada saat jarak kisi-kisi merenggang.
3. Cooler counterflow. Bentuk vertikal. Keistimewaan dari tipe ini adalah bahwa udara
     panas ditarik ke dasar cooler di titik pengeluaran dan mengalir sepanjang lapisan
     partikel pelet untuk proses pendinginan dan pengeringan. Cooler counterflow hanya
     membutuhkan setengah jumlah udara yang diperlukan untuk pendinginan
     dibandingkan cooler horiazontal sehingga bisa menggunakan fan berukuran lebih
     kecil dan penghematan enerji.

Kegagalan kerja cooler bisa terjadi dalam beberapa hal :
1. Pintu pengeluaran cooler (discharge) dalam posisi membuka sejak pertama kali
    partikel pellet memasuki ruang cooler, sehingga menyebabkan proses pendinginan
    dan pengeringan yang tidak sempurna dan partikel pellet panas yang masuk ke bin
    produk maupun crumbler mempunyai durabilitas yang rendah. Ini bisa terjadi pada
    cooler vertikal.
2. Cooler macet karena kepenuhan akibat tidak bisa membukanya tutup pintu
    pengeluaran cooler disebabkan oleh gangguan sensor indikator pada cooler
    otomatis. Diperlukan kontrol rutin setiap beberapa jam oleh operator pellet.
3. Cooler penuh karena pengembalian butiran ukuran besar (over size) terlalu banyak
  . Ini disebabkan oleh penggunaan ukuran screen atas (pada screener) terlalu kecil
    sehingga banyak partikel besar yang sebenarnya masuk standar terbuang kembali
    masuk ke cooler.
4. Proses cooling tidak sempurna karena blower fan tidak bekerja semestinya. Cyclone
    penuh oleh debu yang terikut dari isapan udara yang dihasilkan blower karena pipa
    pengembalian sudah penuh dan kepenuhan naik mencapai ruang cyclone
    menghalangi isapan udara panas dari ruang cooler. Biasanya ditandai oleh banyak
    keluarnya debu-debu dari cerobong cyclone di luar bangunan pabrik.

Kembali ke Panduan Teknologi Pakan