Strategi Jangka Panjang Pengobatan Koksidiosis : Khemoterapi Plus Vaksinasi
H.D. Chapman, Phd
Poultry International, March 2000
Koksidiosis merupakan penyakit unggas yang umum, disebabkan oleh parasit genus Eimeria dan biasanya dikendalikan dengan penambahan obat antikoksidial ke dalam pakan. Praktek ini cukup berhasil tetapi sejalan dengan berkembangnya resistensi dari parasit terhadap semua obat yang pernah
dipergunakan, maka diperkirakan cara konvensional tidak cukup berhasil untuk kurun waktu ke depan. Adalah penting untuk mengembangkan strategi jangka panjang yang dapat mempertahankan atau
mengembalikan keampuhan obat-obat antikoksidial. Pendekatan mutakhir adalah mengkoordinasikan
praktek vaksinasi dan teknik khemoterapi konvensional.
Vaksin koksidiosis selama bertahun-tahun digunakan untuk mengebalkan ayam pullet dan pembibit
broiler, yang belakangan ini semakin banyak diminati untuk imunisasi ayam broiler.
Belakangan sudah dikembangkan metoda baru penggunaan vaksinasi misalnya dengan penyemprotan rak-rak penetasan.
Beberapa jenis vaksin yang tersedia antara lain Coccivac dan Paracox mengandung strain Eimeria
yang sudah diisolasi sejak beberapa tahun lalu dan bersifat peka terhadap obat. Jika vaksin itu
digunakan, maka strain vaksin yang peka terhadap obat dapat menggantikan jenis-jenis strain koksidia yang sudah terdapat di dalam kandang broiler. Perbaikan keampuhan obat akan timbul setelah
penggunaan vaksin jenis ini. Telah didapatkan bukti dari penelitian atas keampuhan obat ionophore
monensin (Coban) terhadap isolat Eimeria yang diperoleh dari flok-flok ayam broiler setelah divaksinasi dengan Coccivac-B (Chapman, 1994). Ayam-ayam yang sudah diobati tersebut memperlihatkan
perbaikan laju pertumbuhan dan menghasilkan lebih sedikit parasit - oosit - yang terdapat di dalam feses (Gambar 1).
Alternatif Obat dan Vaksin
Pilihan untuk menggunakan obat dan vaksin bisa menguntungkan. Sebuah percobaan dilakukan melibatkan 4 program terhadap 12 flok pemeliharaan ayam. Program 1 dan 2 menggunakan dua jenis obat
yang berbeda terhadap 3 atau 4 flok lalu diikuti dengan vaksinasi terhadap 3 atau 4 flok berikutnya. Sebagai contoh digunakan obat ionophore salinomycin (Sacox atau Biocox), atau program rotasi
(shuttle) menggunakan dua obat berbeda untuk pakan starter dan grower (misalnya obat sintetis
nicarbazin diikuti dengan monensin. Obat ionophore atau sintetik yang berbeda (A atau B) harus
dipilih apabila jenis obat diganti.
Tabel 1. Program Selang-seling
Obat & Vaksin pada Broiler |
|
Program |
Rangkaian (12 flok pemeliharaan berurutan) |
1 |
AAA |
VVV |
BBB |
VVV |
2 |
AAAA |
VV |
BBBB |
VV |
3 |
AAA |
CC |
VVV |
BBBB |
4 |
AAA |
CCC |
VVV |
BBB |
|
Huruf-huruf individual
dalam setiap baris menggambarkan sebuah flok pemeliharaan yang
berurutan
A, B - flok diberi tipe obat berbeda (A atau B)
C - flok diberikan diclazuril
V - flok diberikan vaksin Coccivac-B |
Kemungkinan menarik lainnya adalah menggunakan obat antikoksidial baru (C) yang mampu menekan
perkembangan strain resisten, dan selanjutnya disusul dengan penggunaan vaksin. Penggunaan obat
akan membersihkan kandang broiler dan penggunaan vaksin selanjutnya akan menulari kandang dengan
parasit-parasit yang lebih sensitif terhadap obat. Untuk suksesnya pendekatan ini, penting untuk
mengenali obat yang mampu menekan perkembangan strain-strain resisten misalnya menggunakan diclazuril (Clinacox). Diclazuril mempunyai cara kerja yang unik dan efektif melawan strain yang sudah
resisten terhadap obat-obat lain (Chapman, 1989).
Gambar 1. Pengaruh monensin terhadap
pertambahan berat badan dan produksi oosit pada ayam broiler yang
diberikan isolat Eimeria yang diperoleh dari sebelum dan sesudah
penggunaan vaksin koksidiosis. H.D. Chapman, Phd |
Penggunaan gabungan misalnya salinomycin (A), lalu 2 atau 3 flok pemeliharaan diberikan diclazuril
(C) dan kemudian 3 flok digunakan Coccivac-B (program 3 dan 4). Ini memungkinkan untuk kemudian
kembali ke program semula atau jika lebih disukai menggunakan obat yang berbeda (B). Keuntungan
tambahan dari pendekatan ini adalah bahwa penggunaan vaksin setelah pemberian diclazuril dapat
mencegah timbulnya resistensi atas program gabungan tersebut. Pada situasi kandang dimana diclazuril sudah digunakan secara ekstensif dan strain resisten sudah terbentuk, maka obat pilihan yang
lebih efektif akan mampu menekan perkembangan strain resisten harus segera diidentifikasi.
Fokus Terhadap Lama Pengobatan Daripada Jumlah Flok Pemeliharaan
Program selang-seling yang dijabarkan di sini didasarkan atas flok-flok individual tetapi dalam
prakteknya lama setiap program lebih didasarkan atas waktu dibandingkan jumlah flok. Jika vaksin
digunakan selama 6 bulan pada broiler yang dipelihara sampai umur 8 minggu, tergantung pada
lokasi pemeliharaan broiler dan periode kandang tersebut dikosongkan, adalah mungkin beberapa
peternakan melakukan vaksinasi selama 2 flok yang berturutan sedangkan peternakan lainnya selama
3 flok pemeliharaan. Idealnya vaksinasi atau penggunaan diclazuril bisa dimulai terhadap flok
setelah pembuangan litter karena ini dapat menolong mengurangi jumlah organisma resisten obat didalam kandang. Sejauh ini, peneliti belum mengumpulkan bukti-bukti penelitian yang mendukung program selang-seling vaksin dan obat mampu memperbaiki keampuhan obat-obat antikoksidial dalam
jangka panjang. |