Memantau Lingkungan Kandang Unggas
DR Dhia Alchalabi
Poultry International September 2001
Faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi unggas adalah biaya pakan
seba gai faktor esensial untuk memaksimalkan keuntungan. Menurunkan nisbah konversi pakan (FCR) berarti penghematan biaya dan akan memberikan lebih banyak
kelelu keleluasaan dalam menentukan harga produk. Semua konsumen akan selalu mencari produk dengan harga murah tetapi
berkua litas baik. Produsen yang lebih mampu mengendalikan parameter produksi akan lebih dominan dalam
mempengaruhi pasar karena satu nilai FCR dapat berarti jutaan rupiah tergantung
besar nya skala peternakan.
Mengendalikan lingkungan ayam merupakan salah satu parameter produksi yang vital, di
anta ranya berasal dari pengumpulan data dan hasil pemantauan di kandang. Informasi yang baik dan bisa diandalkan adalah penting untuk pengambilan
kepu tusan sedangkan pengumpulan data yang tidak akurat akan menyebabkan
kesalah an dalam mengambil keputusan.
Pada tahap awal perlu diidentifikasi kebutuhan-kebutuhan ayam dan kendala yang terdapat di peternakan. Ayam-ayam yang dipelihara saat ini berbeda dibandingkan sepuluh tahun lalu. Oleh karena
itu dibutuhkan kondisi lingkungan yang lebih baik untuk hasil yang baik. Hal yang sama diterapkan
pada cara pemberian pakan. Meng gunakan pakan apa saja, hasilnya akan tergantung pada kondisi lingkungan. Pakan tidak berubah setiap hari sedangkan lingkungan selalu berubah.
Ayam yang menderita gangguan kesehatan atau kerusakan paru-paru pada minggu pertama pertumbuhan
tidak akan berpenampilan baik di umur-umur selanjutnya, bagaimanapun baiknya lingkungan. Adalah
penting untuk menyediakan lingkungan yang baik dan sehat sejak hari pertama pemeliharaan ayam.
Meskipun ini membutuh kan investasi cukup mahal untuk pengum pulan data dan sistem pemantauan. Jika
target kerjanya bisa dicapai dapat memperkecil FCR dan memperbaiki status
kese hatan ayam maupun pekerja kandang. Bagi perusahaan besar, satu nilai FCR bisa bernilai lebih dari 3 miliar rupiah
setahun.
Masalah paling serius yang dihadapi ayam pada umur awal adalah keterbatasan lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Anak ayam seringkali menderita akibat suhu tinggi, kelembaban rendah dan tingginya konsentrasi karbon dioksida,
dikombi nasikan dengan ventilasi yang jelek. Situasi ini tercipta karena banyak peternak berupaya menghemat biaya bahan bakar
deng an membatasi ventilasi dan meresirkukulasi udara dalam kandang dengan pemanasan ulang. Tindakan ini menjadi lebih parah pada
malam hari karena kandungan gas berbahaya, suhu dan kelembaban bisa melewati kisaran yang direkomendasikan. Jika cuaca jelek sepanjang hari,
ma ka situasi sulit seperti ini akan terus berulang siang dan malam. Menyebabkan
penu runan kesehatan ayam dan penampilan produksi akan turun sepanjang siklus
peme liharaan.
Pengendalian parameter lingkungan yang bisa dipantau secara ilmiah adalah penting. Sistem ini
dapat juga digunakan membantu manajer untuk mendidik peternak dengan cara memberikan demonstrasi
praktis atas teknik pengendalian parameter - parame ter lingkungan yang penting. Peternak harus menyadari bahwa lingkungan yang lebih baik bagi ayam berarti keuntungan yang lebih baik.
Mengukur Parameter
Banyak faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan ayam, serta biaya kesehatan konsumen, peternak
dan ayam itu sendiri. Adalah penting untuk memantau, mengu kur dan mengendalikan parameter-parameter yang bisa mempengaruhi produksi dan menyadari bahwa parameter
terse but saling berkaitan. Parameter-parameter penting tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan dan manajemen.
Faktor- faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terha dap tingkat produksi daging dan telur
ayam. Termasuk di dalamnya adalah suhu, kelembaban, cahaya (lama hari siang dan intensitasnya),
kadar amonia (NH3), karbon dioksida (CO2), oksi gen (O2), serta kondisi ventilasi udara (pergerakan udara), enerji surya, dan kualitas udara.
|
|
Gbr 1. Penempatan sensor dalam kandang
broiler dengan extractor fan ditaruh di dinding
(DR Dhia Alchalabi, Poultry Indonesia, Sept 2001) |
Gbr 2. Penempatan sensor dalam kandang
broiler dengan extractor fan ditaruh di atap
(DR Dhia Alchalabi, Poultry Indonesia, Sept 2001) |
Penempatan Sensor
Lokasi penempatan sensor suhu adalah penting untuk memperoleh gambaran yang jelas
menge nai penyebaran suhu di dalam kandang. Beberapa patokan yang penting adalah :
1. Tempatkan alat (probe) pada area lingkungan ayam yang efektif (lingkungan mikro)
2. Selalu menempatkan alat pada posisi masuk (inlet) untuk memperoleh data suhu dan
kelem
baban nisbi dari udara luar, dan pada posisi keluar (exhaust fan) untuk mengetahui rata-rata
parameter di dalam kandang
3. Tempatkan alat pada sisa daerah lainnya seperti dekat tempat minum dan jalur tempat makan
(feeder) sehingga bisa diketahui apakah sistem ventilasi sudah cukup dan bekerja dengan
baik untuk daerah yang seharusnya
4. Bagi area kandang menjadi 2 atau 3 blok memanjang sisi kandang. Tempatkan alat diagonal
mulai dari dekat tempat minum di posisi inlet dan berakhir di dekat tempat makan (fan).
Tem
patkan beberapa alat pada aliran udara untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan
suhu pada sistem ventilasi yang sedang bekerja. Tempatkan beberapa alat antara fan untuk
memperoleh gambaran mengenai peningkatan suhu pada saat sistem ventilasi sedang
berja
jalan atau dimatikan
5. Periksa alat sesering mungkin untuk memastikan tidak terjadi pergeseran, kotor atau rusak.
Bersihkan setiap minggu. Apabila periode pemrograman tidak bisa meliput sepanjang
perio
de pemeliharaan, buat catatan di bawah alat untuk melakukan program ulang sebelum
kehi
langan data. Baca data seminggu sekali untuk menghindari kehilangan data apabila terjadi
kerusakan alat
6. Alat tidak boleh bersentuhan dengan dinding maupun permukaan lainnya
7. Lindungi alat dari ayam dan gangguan luar (sinar matahari dan hujan). Jika ditempatkan di
luar lindungi dengan gelas plastik yang dilubangi untuk mempertahankan ventilasi yang
cukup di sekeliling alat
8. Jangan menggunakan warna merah pada alat karena ayam cenderung menyerang dan
meru
saknya.
Pemahaman Data Dari Alat
Adanya perbedaan antara suhu di luar, sisi keluar / pinggir (fan) dan di dalam kandang akan memberikan informasi berguna tentang apa yang terjadi di dalam kandang.
Apabila perbedaan antara suhu luar dan dekat / pinggir fan berkisar 4 oC maka ini berarti :
1. Suhu udara luar menyedot panas di dalam tetapi ini tidak cukup untuk menurunkan suhu ke
tingkat yang diinginkan.
2. Pergerakan udara rendah
3. Suhu di dalam akan meningkat sejalan dengan perubahan waktu.
Apabila perbedaan suhu luar dan dekat / pinggir fan kurang dari 2 oC maka ini berarti :
1. Udara luar tidak menyedot panas di dalam dan tidak menurunkan suhu di dalam kandang.
Situasi ini dapat terjadi pada musim dingin atau malam hari yang dingin. Biasanya udara
mengarah langsung ke atap kandang
2. Pergerakan udara tinggi
3. Suhu dan kelembaban nisbi di dalam bisa meningkat
Apabila terdapat perbedaan yang tinggi antara suhu di dalam dan dekat / pinggir fan maka ini berarti :
1. Bagian sisi kandang (pinggir) ini tidak memperoleh udara yang cukup,
2. Ada kemungkinan terjadi peningkatan kadar CO2, NH3 dan suhu
Apabila suhu dari salah satu alat yang diletakkan di dalam kandang berubah secara mendadak maka
ini berarti :
1. Ada suatu perubahan arah udara
2. Sistem ventilasi pada tahapan yang lebih tinggi / cepat sedang diaktifkan
3. Alat menyentuh bagian permukaan yang lebih dingin atau lebih panas.
Daftar Parameter Lingkungan
Selama masa pertumbuhan ayam broiler akan menghasilkan gas dan produk limbah. Produk ini akan berakumulasi sepanjang waktu dan menyebabkan perubahan substansial terhadap
kuali tas udara dalam kandang broiler. Cemaran utama yang biasa terjadi dalam udara adalah debu, NH3, CO2, CO dan uap air
yang dapat menimbulkan efek merugikan. Pengaruh langsung dari debu dan NH3 meliputi kerusakan fisik permukaan lambung, yang menyebabkan menurunnya resistensi terhadap penyakit, berkurangnya konsumsi makan dan pada kondisi yang parah menyebabkan buruknya pertumbuhan ayam.
Kehadiran gas berbahaya akan menekan pengam bilan oksigen mengingat adanya kompetisi antara unsur-unsur kimia secara langsung. Ini penting diperhatikan sebab ascites cenderung terjadi pada tingkat oksigen yang rendah.
Kan dungan tinggi dari CO2 dan CO juga membatasi pengambilan O2. Pada kadar konsentrasi yang lebih tinggi, kehadiran kedua gas tersebut bisa berakibat fatal.
Kelembaban Nisbi
Tingkat kelembaban lingkungan berpengaruh langsung terhadap kehilangan panas laten tubuh ternak.
Tingkat kelembaban juga secara tidak langsung akan mempengaruhi penampilan ternak akibat konsentrasi debu dan bakteri pathogen meskipun masih sedikit dokumentasi ilmiah yang mendukung keterkaitan ini. Meningkatnya kelembaban akan merugikan produksi ternak pada suhu tinggi. Pada umumnya
perubahan kelembaban tidak menimbulkan respon terhadap pertum buhan ternak pada suhu lingkungan di
bawah 24 oC. Alat pengukur kelembaban harus diletak kan berdekatan dengan alat suhu. Beberapa sensor suhu mempunyai sensor kelembaban,
se hingga sekaligus memungkinkan untuk mengukur kelembaban nisbi.
Tabel 1. Cemaran Udara
Paling Penting dan Pengaruhnya |
|
|
Amonia (NH3) |
Dapat dideteksi dengan penciuman
pada konsentrasi di atas 20 ppm. > 10 ppm menyebabkan
kerusakan permukaan paru-paru. >20 ppm meningkatkan
kepekaan terhadap penyakit pernapasan. > 50 ppm menurunkan
laju pertumbuhan. Rekomendasi batas atas : 10 ppm |
Karbon Dioksida (CO2) |
>0,35 % (3500 ppm) menimbulkan
nodul-nodul kartilaginus pada paru-paru yang berkaitan dengan
ascites. Fatal pada konsentrasi tinggi. Rekomendasi batas atas
2500 ppm |
Debu |
Menyebabkan kerusakan permukaan
paru-paru. Meningkatkan kepekaaan terhadap serangan penyakit.
Gunakan ventilasi untuk mengurangi debu. |
Kelembaban |
Pengaruhnya bervariasi menurut
suhu. Pada 29 oC Rh 70 % menghambat pertumbuhan karena ayam
tidak mampu mendinginkan dirinya sendiri. Kualitas litter
memburuk pada kelembaban tinggi menyebabkan poenurunan
kualitas produk pada saat prosesing. Rekomendasi dalam kisaran
65 - 75 % |
DR Dhia Alchalabi,
Poultry INternational, Sept 2001 |
|
Karbon Dioksida
CO2 adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih berat
dibanding kan udara. Seringkali keberadaan CO2 diabaikan sebagai parameter pengukuran. Penelitian menunjukkan
bahwa ventilasi yang biasa digunakan untuk mengendalikan suhu dan kelembab
an sudah cukup untuk mengendalikan CO2. Gas ini menyebabkan gangguan sesak napas
se hingga perlu diperhitungkan pada konsentrasi yang tinggi. Tingkat konsentrasi maksimum yang masih direkomendasikan untuk kandang
ayam adalah 2500 ppm. CO2 merupakan limbah dari proses metabolisme tubuh bersamaan dengan dihasilkannya panas dan kelembaban.
Amonia
NH3 adalah gas yang tidak berwarna, beratnya lebih ringan dibandingkan udara, larut dalam air dan
berbau tajam / menyengat. Konsentrasi NH3 dalam kandang ayam cukup bervariasi antara l5 - 90 ppm.
Gas ini merupakan produk limbah dari proses biologis dekomposisi feses, sehingga masalah kebanyakan timbul pada saat kotoran terakumulasi di dalam litter. Pemantauan atas gas ini dapat dilakukan
bersamaan dengan perlakuan terhadap CO2. Kedua jenis gas ini dapat menjadi indikator yang baik
atas kualitas udara dan keefisiensn dari sistem ventilasi kandang yang dipergunakan. |